Selasa, 17 Januari 2012

Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-NYA


Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya!
Publikasi: 18/04/2002 09:27 WIB (eramuslim)
         
Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.

Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.

Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."

Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.

Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.

Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.

Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab.

(Bayu Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel "Belajar Mencinta"nya)







MANUSIA,KEBEBASAN,DAN AGAMA
Sayid ahmad al-kahfi
Yogyakarta, 04 Juni 2007

PENDAHULUAN
            Manusia terdiri dari bagian fisik yang disebut raga,serta bagian yang immateriil yang disebut Ruh.Keduanya merupakan komposisi yang ideal dan sempurna yang telah Tuhan ciptakan. Manusia dianugrahi potensi yang tidak dimiliki makhluk lainnya yakni akal-fikiran,yang mampu membedakan antara manusia dengan bukan manusia. Manusia bukan ciptaan yang merupakan hasil evolusi genetik yang di fikirkan oleh Charles Darwin,namun manusia merupakan makhluk yang diciptakan tanpa harus mengalami proses seperti itu.
            Manusia memiliki kebebasan sebagai hak yang melekat pada dirinya,kebebasan merupakan wujud eksistensi manusia didunia. Kebebasan menurut para kaum Libertarian dibagi menjadi dua yakni kebebasan privat dan publik. Sedangkan ahli dzikir (baca:agamawan) menyebut bahwa kebebasan manusia didunia ialah terbatas,dan dibatasi oleh aturan Tuhan.Meskipun begitu, yang jelas seluruh pakar sepakat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam hidupnya.
            Agama sebagai sebuah aturan Tuhan, yang terwujudkan dalam bentuk kitab suci,dan pemeluknya dinamakan umat beragama. Manusia seyogyanya merupakan umat beragama,lain halnya ketika dirinya memutuskan untuk tidak beragama. Sesungguhnya dalam hal ini,memang akan muncul sesnsitifitas pada diri manusi terkait agama yang dianutnya,meskipun penulis menganggap bahwa manusia yang beragama atau ber-Tuhan merupakan manusia yang utuh. Manusia yang sesuai fitrah. Perkara akan terjadi pluralitas beragama,sebenarnya merupakan konsekuensi logis saja

PEMBAHASAN
            Manusia merupakan mahluk unik yang diciptakan didunia.Sudah cukup banyak para ahli yang melakukan penelitian terkait manusia dari proses perkembangannya,pola interaksi,hingga pada tataran manusia dan hubungannya dengan Tuhan.
            Para sejarawan,yang berkutat pada suatu problematika religiusitas yang bila dihubungkan dengan manusia sebagai objek,memang cukup menarik untuk diamati.Para filsuf yang tak ketingggalan dalam melakukan perumusan dasar berdasarkan paradigma berfikir mereka,tentang manusia dan Tuhan,serta hubungan antara keduanya.Sementara para agamawan yang juga sempat membuat suatu perumusan dasar yang diambil berdasarkan kitab sucinya masing-masing mencoba memaparkan hakekat manusia menurut Tuhan,bukan hanya menurut pandangan rasio semata. Disini Tuhan turut berperan dalam mendefinisikan manusia.Dan definisi itu merupakan sebuah definisi yang pasti,meskipun dengan beberapa tafsiran yang merupakan bentuk intrepretasi seseorang semata.
            Agama menurut sebagian pemikir merupakan sebuah kondisi yang timbul akibat interaksi masyarakat yang terjadi,sementara menurut Geertz agama itu tidak terlepas dengan sistem budaya setempat,sehingga pengaruh agama sangat kental pada struktur masyarakat yang terjadi. Sementara Marx dengan mudahnya mengatakan bahwa agama merupakan sebuah sistem yang mengekang daya kreatifitas manusia,serta melakukan legalitas atas kedzaliman pada manusia didunia,seperti yang dilakukan oleh kaum borjuis kepada proletariat pada masyarakat Eropa,pada saat keemasan revolusi industri. Maka tak elak lagi,disaat agama merupakan candu yang mesti dibasmi dalam kehidupan manusia.
            Pandangan ini,tidak seekstrim yang dikonstruksi oleh Nestzche terkait agama dan Tuhan,yang telah dinafikan secara besar-besaran dari jiwanya,nyaris tak ada tempat.
            Pada zaman sekarang,apa yang menjadi peran penting agama dalam kehidupan umat manusia? Bagaimana seharusnya yang dilakukan manusia terhadap agama yang merupakan sebuah sistem yang dipercaya mampu menjadi ‘partner’ atau aturan yang berfungsi  sebagai pengatur kehidupan manusia?
            Manusia secara fitrah,mampu memperoleh apa yang diinginkannya melalui sebuah usaha atau perilaku yang timbul dari nalurinya, melalui pola interaksi dengan sesamanya,atau dunia lain yang berada diluar jangkauan akal.Manusia akan senantiasa membutuhkan itu.Seperti ketika seseorang merasa sangat kehausan,maka dia akan mencari sumber air yang mampu menghilangkan dahaga.Begitu pula agama,yang berperan sangat penting dalam eksistensi manusia didunia.Meskipun ada beberapa ahli fikir,yang sedikit menafikan hal itu.
            Seperti yang dikemukakan oleh E.B Tylor terkait definisi agama sebagai sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual.Sehingga menurutnya esensi dari agama baik,agama kuno maupun modern ialah kepercayaan terhadapa sesuatu yang hidup dan punya kekuatan yang ada dibalik sesuatu.Menurutnya animisme merupakan bentuk kepercayaan tertua didunia. Agama itu tidak terlepas dengan unsur mistisisme,dan magis bagi agam purba yang berkembang ratusan tahun silam.
            Dan juga menurut Sigmund Freud,seorang psikolog-filsuf atheis,menganggap agama merupakan sebuah bentuk takhayul,namun menarik. Dia memang seorang atheis tulen semasa hidup hingga matinya. Sesuatu yang transedental dianggapnya merupakan omong kosong yang tak berguna. Lebih ekstrim lagi dia menganggap bahwa agama akan menjadi penyakit syaraf yang mengganggu manusia sedunia,senada dengan Marx,bahwa agama adalah candu sosial.
            Emil Durkheim,seorang sosiolog barat yang mencoba meneliti esensi agama sebagai sebuah sistem yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia,bahkan merupakan bagian integral dari kebudayaan (culture) masyarakat setempat. Menurutnya agama merupakan sistem kepercayaan dengan perilaku-perilaku yang utuh dan selalu dikaitkan dengan ’Yang Sakral’,yaitu sesuatu yang terpisah dan terlarang.Dia memang lebih sopan dalam mendefinisikan agama, bersifat positif, serta tidak terburu-buru dalam menjustifikasi kegagalan peran agama dalam kehidupan manusia.
            Agama merupakan kompleksitas sistem yang berdiri diatas dokrin dan kepercayaan.Ajaran yang berwatak spiritual, supernatural, transeden, mistis, serta jauh dalam pembuktian klaim teoritis. Meskipun disisi lain,ada agama atau sistem kepercayaan tertentu yang mengalami kemajuan pesat dari segi kuantitatif,karena dinilai cukup logis dan ilmiah. Tapi disisi lain ada beberapa agama yang ’terpaksa’ berevolusi atau gugur dengan sendirinya karena tidak mampu menjawab realitas sosial kontemporer manusia modern.
            Dari sini muncul sebuah study kritis perihal urgensi agama sebagai tata nilai kehidupan dengan manusia sebagai objek/pelaku kehidupan.
Manusia sebagai mahluk monodualistik menurut Prof.Dr.Notonegoro. Manusia sebagai mahluk hidup yang terdiri atas dua bagian yang mendasar yakni jasmaniah serta ruhiyah yang menyatu dalam satu kesatuan yang utuh. Semuanya saling membutuhkan,saling bersinergi, guna menghasilkan harmonisasi yang seimbang diantara keduanya. Dikarenakan mereka secara kodrati memang senantiasa menyatu,sebagai wujud eksisitensi manusia didunia.Apabila salah satunya pergi atau mengalami kematian,maka yang terjadi ialah menusia yang tidak utuh kembali atau disebut mayat.
Manusia sebagai makhluk dwitunggal, merupakan sebuah pernyataan Prof.Dr.Driyarkara, manusia terdiri atas roh dan materi, memang senada dengan Notonegoro, disisi lain masih menurut beliau bahwa, manusia menurut kodratnya merupakan makhluk pribadi (persona), yang memandang yang lain, ”bukan pribadi”, sehingga disana akan muncul sebuah interaksi antara ”Aku-Engkau”, dan bersifat percaya saling mempercayai. Keluhuran manusia sebagai pribadi adalah terletak pada kedaulatan atas diri sendiri (Driyarkara tentang Manusia:33).
Sementara dengan kebebasan manusia yang sampai saat ini masih cukup banyak diperdebatkan oleh para ahli fikir bahkan ahli dzikir (baca:agamawan yang cukup moderat) pun mulai mempertanyakan kembali,hakekat kebebasan pada diri manusia, bahwa sejauh mana sebenarnya manusia memiliki kebebasan/kemerdekaan? Apa makna kebebasan/kemerdekaan,itu sesungguhnya?
Kebebasan merupakan sebuah tindakan atau perbuatan yang muncul atau bermula dari kehendak untuk melakukan. Sementara menurut Prof.Dr Driyarkara,seorang filsuf Indonesia kontemporer,menulis dalam bukunya bahwa kemerdekaaan atau kebebasan merupakan kekuasaan untuk menentukan diri sendiri untuk berbuat atau tidak berbuat (Driyarkara tentang Manusia:60).
Kebebasan merupakan hak individu untuk menggunakannya atau tidak, tidak ada seorang pun yang mampu untuk memaksa seseorang terkait kebebasan yang dimilikinya. Manusia memiliki sebuah kemauan serta dorongan untuk melakukan,sehingga kebebasan muncul dari kedua hal itu. Sebagai contoh riil, ketika seorang yang bertumbuh gemuk,dia memiliki kemauan untuk kurus,maka akan tercipta dorongan untuk mengurangi jatah makannya sehari itu.Disanalah muncul kebebasan dia untuk melakukan hal itu.Atau ketika ada pasangan hidup memiliki keinginan untuk memiliki anak lebih dari dua,maka disana akan muncul dorongan untuk berusaha,dan disana pastilah muncul kebebasan diantara keduanya untuk meiliki anak dengan jumklah tiga atau enam sekalipun,asalkan akan muncul sebelum,nya kesepakantan diantara keduanya.
Kebebasan merupakan hal mendasar yang dimiliki manusia selaku insan berakal. Suatu kebebasan akan berbanding lurus dengan tanggung jawab yang akan diterima oleh dirinya secara pribadi maupun kelompok. Maka,sebenarnya manusia dituntut untuk berfikir sebelum bertindak,sebagai usaha untuk meminimalisir resiko yang terjadi akibat salah dalam menggunakan hak kebebasan yang dia miliki. Sesungguhnya,cukup banyak para filsuf modern maupun kontemporer dalam mendiskusikan masalha kebebasan pada diri manusia.Keseluruhannya memiliki paradigma berfikir yang berbeda. Perbedaan yang mendasar akan tercipta manakala definisi kebebasan versi Liberaterianisme dengan kebebasan versi Marxisme-Leninisme,namun dikala kedua aliran tersebut coba dibenturkan dengan para ahli dzikir (baca:agamawan) maka akan lebih nampak jelas perbedaan yang sangat signifikan.
Kaum Liberaterian, lebih membagi kebebasan privasi dengan publik,yang diantara keduanya mestilah jelas terdefinisi,tidak bias. Sementara kaum Marxisme-Leninisme,lebih memandang kebebasan dari sudut pembagian kelas antara kaum borjuis dengan kaum proletariat,menurut mereka sudah saatnya proletariat memiliki kebebasan yang sama dengan kaum borjuis sehingga kelak, akan memunculkan kondisi yang tanpa kelas. Lain halnya dengan para ahli dzikir yang memandang kebebasan berdasarkan definisi kitab suci yang mereka miliki.Umumnya mereka memandang bahwasanya tidak ada kebebasan penuh manusia didunia ini,karena manusia hidup didunia senantiasa terikat oleh aturan Tuhan yang absolut,yang terwujudkan pada lembaga agama,sebagai badan eksekutif serta yudikatif atas aturan Tuhan.
Pada abad pertengahan,nampak jelas aturan Tuhan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan tata kehidupan manusia didunia.Terlihat jelas dominasi Gereja sebagai institusi resmi dan terpusat agamawan Nasrani,memiliki ototritas penuh atas politik pemerintahan kala itu. Sedangkan Islam memiliki sistem Khilafah Islamiyah, sebagai sebuah bentuk pemerintahan yang melaksanakan syariat ilahi, dan disana tidak ada lembaga legislatif, dikarenakan kedaulatan ada pada kuasa Tuhan.Memang muncul perbedaan yang mendasar diantara keduanya,namun disana sebenarnya dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa aturan kala itu benar-benar dijadikan konstitusi pokok asisitem politik oleh para penguasa,sebelum akhirnya mulai terjadi pemberontakan untuk mengganti sistem aturan Tuhan yang dinilai terlalu teokratis dengan bentuk yang lebih demokrasi,dengan kebebasan sebagai bagaian yang tidak terpisahkan dalam hal ini.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran serta fitrah untuk ber-Tuhan serta beragama,sebenarnya secara sadar pula dia menganggap bahwa kebebasan penuh pada dirinya telah dikorbankan setengahnya,dikarenakan turan Tuhan yang membatasi hal itu.Dirinya pastilah merasa bahwa segala perilaku,tindakannya selam didunia akan senantiasa diawasi oleh Tuhan,dan disanalah sesungguhnya memunculkan kesadaran bahwa kebebasan penuh merupakan sesuataui yang mustahil dimiliki manusia saat ini.
Kondisi seperti itu sebenarnya merupakan sesuatu yang logis. Manusia akan lebih menyadari bahwa akan muncul akibat atas kebebasan yang kelak dia coba gunakan,seperti: sebenarnya manusia memiliki kebebasan untuk bunuh diri,tapi disatu sisi resiko atau balasan apa yang kelak dia akan terima atas perbuatannya itu. Maka disana kan terbersit sebuah kondisi mulai mengenal alam akherat. Kebebasan menusia sesungguhnya akan berimplikasi pada kehidupannya dialam akherat,itulah prinsip manusia beragama.
Peran agama sangatlah penting dalam tindakan dan perilaku manusia didunia.Tidak lain dan tidak bukan,secara langsung agama akan mempengaruhi manusia dalam setiap langkah dan ucapnya. Kebebasan disini menjadi sesuatu yang tidak terlalu banyak dituntut dikarenakan manusia memiliki sebuiah keyakinan yang mendasar bahwa hdiup ini tidak kekal. Manusia modern sebeanrnya mulai membutuhkan peran agama kembali sebagai seuatu yang penting untuk dimiliki.Meskipun diantara manusia yang lainnya tidak sedikit yang melarikan diri dari pengaruh agama,bahkan harus rela keluar dari agama hanya karena menacari segengam kebebasan semu yang hendak dia miliki.
Pada dirinya akan merasa bahwa setelah lepas maka,kebebasan itu akan diperoleh lebih banyak dan tidak terlalu disibuikkan dengan problematika agama atau aturan-aturabn ortodoksi lainnya,yang bersifat absolut. Disini sebenarnya,memunculkan sebuah pertanyaan bahwa benarkan dirinya seorang manusia yang utuh?Karena penulis disini sepakat bahwa sesungguhnya manusia memiliki fitrah untuk beragama atau sekalipun dia hanya memiliki kepercayaan kepada ”Yang Sakral”(meminjam istilah Durkeim) sekalipun. Banyak faktor memang disaat sebagian manusia mesti keluar dari agama atau kita sebuat atheis,diantaranya:manusia merasa trauma dengan kondisi psikologisnya atau merasa kecewa dengan keputusan Tuhan, manusia merasa puas dengan hasil penemuannya yang merasa bahwa Tuhan tidak turut campur sama sekali dalam hal ini,sehingga ia beranai untuk keluar dari komunitas orang yang ber-Tuhan dan otomatis tak ber-agama. Masih banyak lagi.
Manusia, beserta kebebasannya dan agama sebagai sebuah aturan dalam tata kehidupan manusia didunia sesungguhnya merupakan komposisi yang utuh pada diri individu manusia. Gerak dan tindakan manusia merupakan kebebasan,yang menjadi haknya namun disisi lain agama akan berperan penting dalam memperngaruhi kebebasan manusia tersebut. Manusia yang bijak ialah ketika kondisinya telah mampu untuk berfikir positif terhadap urgensi agama dalam kehidupannya,bukan hanya menilai agama dari prilaku-perilaku individu yang lain,namun ajaran-ajaran yang tertuang dalam kitab suci merupakan bagian yang pokok dalam memahami esensi agama dan urgensi agama bagi manusia.
Kehidupan manusia sesungguhnya akan bernilai tinggi disaat manusia mampu memahami tentang hidup.Mencoba memahami tentang hakekat manusia tidak hanya bertanya kepada ahli fikir semata,namun disamping telah menunggu para ahli dzikir yang lebih mampu untuk memberikan pemahaman terkait hakekat atau hikmah yang terkandung pada dirinya selaku manusia yang berakal serta kehidupan yang menjadi bagian yang penting. Menjadikan potensi yang dimiliki manusia berupa kebebasan menjadi sarana untuk menggapai sebuah pemahaman positif tentang Tuhan, agamaNya, dan kehisupan akhir.   

PENUTUP
            Manusia memiliki kebebasan untuk bertindak. Kebebasan merupakan hak privat manusia. Disisi lain manusia merupaklan makhluk berfikir yang berangkat dari sebuah kesadaran akan pentingnya diri mereka bagi dunia dan bagi diri mereka sendiri. Sehingga merupakan sebuah keniscayaan apabila manusia tidak terlepas dengan unsur agama sebagai bagian hidup,bukan hanya pelengkap atau ruang dimana manusia sewaktu-waktu baru menyempatkan dirinya untuk mengadu pada Tuhan.

Referensi
v  Dekonstruksi Kebenaran.Daniel L.Pals
v  Driyarkara tentang Manusia.Prof.Driyarkara.Yayasan Kanisius
v  Manusia Pascamodern,Semesta,dan Tuhan. Y.B Mangunwijaya. Kanisius